Manajemen
1.
Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Etimologi
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare
yang berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan
kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati
"tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège
yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris
yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal
dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur.
Manajemen
sebagai ilmu dan seni.
Manajemen
sebagai ilmu
Yang
obyektif-rasional, bisa dipelajari oleh siapa pun. Bahkan para ilmuwan dengan
sangat fasih menguraikan teori-teori manajemen yang dikembangkannya. Tetapi
apakah mereka mampu menerapkan dalam lingkup organisasi terkecil, minimal di
lingkungan kerjanya,itu soal lain.
Teori-teori
manajemen hanya memberi sejumlah peluang, atau kemungkinan-kemungkinan, tanpa
ada kepastian keberhasilan. Teori manajemen hanya dapat membimbing kepada
prestasi dan hasil yang lebih baik. Sebagai ilmu, manajemen dengan sangat
sistematis merupakan suatu uraian menyeluruh mengenai konsep-konsep dan
langkah-langkah praktis yang siap implimentasi. Manajemen sebagai ilmu karena
manajemen bisa dipelajari seperti halnya ilmu pengetahuan. Seni karena
keragaman. Manajemen sebagai profesi karena manajemen bias digunakan sebagai
batu pijak dan karir.
Manajemen
sebagai seni
Selain
sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini disebabkan oleh
kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran,
kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan
oleh bakat seseorang dan aga susah untuk dipelajari. Manajemen sebagai ilmu
karena manajemen bisa dipelajari seperti halnya ilmu pengetahuan. Seni karena
keragaman. Manajemen sebagai profesi karena manajemen bias digunakan sebagai
batu pijak dan karir. Luther Gulick mendefinisikan manajemen sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahai mengapa
dan bagaimana manusia berkerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem
kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Manajemen bukan hanya
merupakan ilmu atau seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini tidak
dalam proporsi yang tetap, tetapi dalam prporsi yang bermacam-macam.
Dengan
mengandalkan manajemen sebagai seni (art), sementara seni berhubungan dengan
bakat, dan karenanya bersifat alamiah, maka pengetrapan manajemen hanya mungkin
bagi mereka yang terlahir memang berbakat. Dengan cara pandang ini, teori
manajemen hanya memberikan sejumlah prosedur, atau sebagai pengetahuan yang
sulit diterapkan. Karena proses manajamen ditentukan oleh subyektivitas, atau
style. Selain itu juga, beberapa ahli seperti Follet menganggap manajemen
adalah sebuah seni. Hal ini disebabkan oleh kepemimpinan memerlukan kharisma,
stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan
antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan sulit
dipelajari.
2.
Manajemen dan Manajer
Tingkatan
Manajemen
Pada organisasi
berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak,
manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan
bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada
di puncak).
Manejemen lini
pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen
operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin
dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi.
Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Manajemen tingkat
menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di
antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
Manajemen puncak (top
management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas
merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan
jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive
Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief
Financial Officer).
Meskipun demikian,
tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan
bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel
dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu
berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan permintaan
pekerjaan.
Fungsi-fungsi
Manajemen
Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry
Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah
diringkas menjadi tiga yaitu:
1.Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi
lainnya tak dapat berjalan.
2.Pengorganisasian
(organizing)
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3.Pengarahan
(directing)
adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha
untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha
Ketrampilan-ketrampilan
Manajerial
Keterampilan manajer
Gambar
ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert
L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan
bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga
keterampilan tersebut adalah:
- Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top
manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan
demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep
tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu
rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan
atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga
meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
- Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional,
manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau
keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan
kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap
bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan
kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan
bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik
pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
- Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya
merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan
teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu,
misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi,
akuntansi dan lain-lain.
Selain
tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin
menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[
- Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang
merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya
secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach.
Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika
diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2
minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per
menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat
merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh
lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap
merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan
mengurangi produktivitas perusahaan.
- Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.
Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer,
terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan
tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada
dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer
harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
3.
Evolusi Teori Manajemen
Perkembangan teori manajemen
pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula Belum
ada suatu teori yang bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi
manajemen yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para
manajemen banyak mengalami dan menjumpai pandangan-pandangan berbeda tentang
manajemen, yang berbeda adalah dalam penerapannya. Dimana setiap pandangan
hanya dapat diterapkan dalam berbagai masalah yang berbeda pula, sedangkan
untuk masalah-masalah yang sama belum tentu dapat diterapkan.
Ada tiga teori
pemikiran manajemen yaitu :
-
Teori Manajeman Klasik
Ilmu manajemen muncul setelah negara-negara Eropa Barat
dan Amerika dilanda revolusi industri, yang terjadi sekitar awal abad ke-20
yaitu mulai ditinggalkannya prinsip-prinsip lama yang sudah tidak efektif dan
efisien lagi. Ada dua tokoh yang mengawali munculnya manajemen, yaitu :
1. Robert Owen ( 1971 – 1858 )
Dimulai
pada tahun 1800-an sebagai manager pabrik permintalan kapas di New Lanark,
Scotlandia. Robert Owen
mencurahkan perhatiaannya pada penggunaan faktor produksi produksi tenaga
kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa bilamana terhadap mesin
diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan, demikian pula apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam
arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain
sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan pada
perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan
dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil
penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
2. Charles Babbage ( 1792 – 1871 )
Charles Babbage adalah seorang Profesor
Matemátika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen.
Perhatiannya diarahkan dalam hal pembagian kerja (devision of labour), yang
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu
1. Waktu yang diperlukan untuk belajar
dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2.
Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain, dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan
barunya sehingga akan menghambat kemajuan dan keterampilan pekerja, untuk itu
diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
3. Kecakapan
dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus
dalam tugasnya.
4. Adanya
perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena
perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu
menciptakan mesin hitung (calculator) mekanis yang pertama, mengembangkan
program-program permainan untuk komputer, mengembangkan kerja sama yang saling
menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema
perencanaan pembagian keuntungan.
Teori manajemen klasik juga terbagi dalam dua pemikiran
yaitu teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
Teori hubungan modern ( ilmu
pengetahuan ) / Teori perilaku
Dalam pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran hubungan manusiawi
( perilaku organisasi ) dan kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau manajemen
operasi.
Tokoh aliran
perilaku organisasi yaitu :
o Douglas McGregor yang terkenal
dengan teori X dan teori Y.
o Frederick Herzberg terkenal
dengan teori motivasi higenis atau teori dua factor.
o Chris Argiris mengatakan bahwa
organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.
o
Edgar Schein dinamika kelompok dalam organisasi.
o
Abhraham Maslow mengemukakan tentang hirarki kebutuhan tentang perilaku
manusia dan dinamika proses.
o Robert Blak dan Jane
mounton mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (
managerial grid ).
o
Rensislikert mengemukakan empat sistem manajemen dari sistem
1.explotatif, otoritatif sampai sistem 4. partisiatif kelompok.
o
Fred Feidler menerapkan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.
** Sumbangan
Aliran Perilaku Organisasi
Sumbangan
aliran ini terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan,
perilaku kelompok, hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja
bagi manusia. Semua hal ini telah membuat para manajer semakin peka dan
terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya.
** Keterbatasan
Aliran Perilaku Organisasi
Meskipun
demikian, banyak ahli berpendapat potensi teori ini belum dikembangkan lebih
lanjut. Selain itu juga banyak kritikan terhadap aliran ini, karena disamping
terlalu umum, terlalu abstrak dan ruwet/rumit. Rekomendasi mereka sering
berbeda satu ahli dengan ahli lainnya, sehingga manajer mengalami kesulitan
menentukan pendapat yang paling baik.
Teori
Kuantitatif (Riset Operasi dan Ilmu Manajemen)
Aliran kuantitatif mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu
Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris
kemudian membentuk Tim Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh
P.M.S Blackett. Tim ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan
lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team
tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru, membentuk tim riset operasi seperti
yang dibentuk Inggris.
Manajemen
operasi merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Beberapa contoh
model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic
Order Quantity), simulasi, analisis break-event, programasi lenier (linear
programming).
** Sumbangan
Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam
perencanaan dan pengendalian. Pendekatan tersebut juga membantu memahami
persoalan manajemen yang kompleks. Dengan menggunakan model matematika,
persoalan yang kompleks dapat disederhanakan.
** Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Sayangnya model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit
dimengerti oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga
tidak melihat persoalan perilaku dan psikologi manusia dalam organisasi.
Meskipun demikian potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya.
Apabila dapat dikembangkan lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan
sumbangan yang lebih berarti.
4.
Manajemen dan Lingkungan Eksternal
-
Definisi Lingkungan
Lingkungan menurut definisi
umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan
aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan : tanah,
udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar
faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi
manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan
menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan
kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang
dihadapi oleh seorang manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan
berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta keputusan yang akan diambil.
Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu :
1. Faktor Lingkungan Internal yaitu
lingkungan yang ada didalam usahanya saja.
2. Faktor
Lingkungan Eksternal yaitu unsur-unsur yang berada diluar organisasi,
dimana unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu
oleh manager, disamping itu juga akan mempengaruhi manager didalam pengambilan
keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi
contohnya yaitu perubahan ekonomi, paraturan pemerintah, perilaku konsumen,
perkembangan teknologi, politik dan lainnya. Lingkungan eksternal dibagi
menjadi dua yaitu :
v Lingkungan
eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga
perbankan dan lainnya.
v Lingkungan
eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung,
seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, sosial dan lain
sebagainya.
Tanggung jawab sosial manajer
keuntungan kepada pemilik saham (shareholder), maka
tugas ini telah berobah menjadi memberikan manfaat kepada stakeholder. Dari
hasil penelusuran studi literatur diketahui bahwa banyak penulis mengacu kepada
pendapat Carol (1979) yang mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2) legal, 3) ethical, 4) diskresionary.
Masing-masing tanggung jawab sosial ini dijelaskan sebagai berikut (Jamali, D.
208)
1)Ekonomi mislanya berkaitan dengan menyediakan ROI
kepada pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil,
menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi lanjutan,
inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang baru.
2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini masyarakat mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang diusungnya.
3) Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat, menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana bagi masyarakat.
4) Berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat.
Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al. (2000) laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard, menunjukkan bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi: pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang berorienatasi keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan perusahaan yang berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa manajemen yang menerapkan visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder daripada pemegang saham. Laporan ini senada dengan hasil penelitian tentang Living Company (1997) dimana ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pemangku kepentingan tetap berada pada hubungan yang harmonis dengan lingkungan nya dengan tetap menjada hubungan kuat dengan lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang diterima perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat yang berkelanjutan terhadap perusahaan.
Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam
arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan
situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang
pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum
manajemen ini terdiri dari
- Pembagian kerja (Division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
- Disiplin (Discipline)
- Kesatuan perintah (Unity of command)
- Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
- Penggajian pegawai
- Pemusatan (Centralization)
- Hirarki (tingkatan)
- Ketertiban (Order)
- Keadilan dan kejujuran
- Stabilitas kondisi karyawan
- Prakarsa (Inisiative)
- Semangat kesatuan, semangat korps
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
http://syarifhidayat21.blogspot.com/2010/11/evolusi-teori-manajemen.html
putriihiphop.ngeblogs.com/…/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/ –
putriihiphop.ngeblogs.com/…/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/ –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar